MITOS
GERHANA BULAN
Hampir semua orang di belahan bumi ini
tidak asing dengan kata gerhana bulan. Menurut
mereka itu bukanlah hal yang aneh ditelinga
mereka. Disetiap kemunculannya selalu mengundang keinginan orang-orang
untuk dapat melihat langsung fenomena alam yang satu ini.
Menurut
penelitian para ilmuan, gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan
penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di
antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar
matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.Gerhana bulan
ada beberapa macam. Sebagaimana kita ketahui gerhana bulan ada empat
macam, yaitu: gerhana bulan total,
gerhana bulan sebagian, gerhana bulan penumbral penuh, dan yang terakhir ada
gerhana bulan penumbral sebagian. Perbedaan jenis-jenis gerhana bulan tersebut
terletak pada bayangan Bumi mana yang jatuh ke permukaan Bulan saat fase
maksimum gerhana terjadi. Pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih
dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke
arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini
memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan
akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun
coklat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya
sama sekali. Gerhana bulan total tersebut dapat dinikmati sekitar 1 jam 40 menit,
sedangkan fase umbra yaitu parsial – total dapat dinikmati selama 3 jam lebih. Seperti
yang diketahui di Jakarta pernah terjadi gerhana bulan total. Menurut
masyarakat, pada saat gerhana bulan berakhir langit terlihat lebih cerah.
Cerahnya langit membuat bulan terlihat lebih indah dengan warna kemerahan serta
berukuran cukup besar.
Meskipun telah dijelaskan melalui
penelitian, sebagian masyarakat masih percaya terhadap mitos-mitos yang beredar
tentang gerhana bulan. Mereka sering mengkaitkan terjadinya fenomena gerhana
bulan dengan adanya batara (raksasa) yang melahap sang bulan dan untuk
menakut-nakuti sang batara banyak orang orang yang memukul lesung hal itu
bertujuan agar sang batara memuntahkan kembali sang bulan seperti semula.
Selain mitos tersebut ada juga mitos yang menyebutkan bahwa ketika terjadi
gerhana bulan para ibu hamil diwajibkan untuk sembunyi di kolong tempat tidur,
konon hal itu dilakukan agar janin yang dikangungnya tidak hialang (dimakan
sang batara) . Selain itu ada mitos juga yang menyebutkan jika sedang terjadi
gerhana bulan bagi yang ingin cepet tinggi mesti lompat-lompat dan bergantungan
di pintu supaya kita bisa cepet tinggi.
Selain di Indonesia, di negara lain
pun memiliki mitos tersendiri tentang gerhana
bulan. Di China, orang percaya bahwa seekor naga langit membanjiri
sungai dengan darah lalu menelannya. Sampai abad ke 19, orang China biasa
membunyikan petasan untuk menakut-nakuti sang naga. Sementara, suku Indian juga
percaya bahwa seekor naga lah yang membuat gerhana bulan. Mereka lalu menyembah
sang naga dengan berendam sampai setengah leher.Di negeri matahari terbit,
Jepang, orang percaya bahwa waktu gerhana ada racun yang disebarkan ke bumi.
Dan untuk menghindari air di bumi terkontaminasi racun, mereka menutupi sumur-sumur mereka.Mitos
gerhana juga menyebar ke Eropa. Dikabarkan, Raja Louis dari Perancis wafat
setelah mengamati gerhana di tahun 840. Konon ia begitu bingung saat kegelapan
selama 5 menit dan meninggal karena begitu takut. Ada lagi cerita menarik soal
gerhana bulan. Cerita ini melibatkan sang penemu Benua Amerika, Columbus. Saat
itu, perbekalan pasukan Columbus makin menipis, penduduk lokal enggan membagi
bahan makanan milik mereka. Dengan berbekal almanak buatan Regiomontanus,
Columbus mengetahu bahwa pada 29 Februari 1504 akan terjadi gerhana bulan
total.Kepada pemimpin lokal, dia mengatakan bahwa Tuhan marah pada masyarakat
lokal karena mereka tak mau memberikan bahan makanan mereka. Caranya, dengan
melenyapkan bulan. Benar saja, bulan lenyap dari langit. Beberapa saat
kemudian, bulan muncul dengan bentuknya yang mengerikan, merah seperti darah. Penduduk
asli pun ketakutan dan menganggap apa yang dikatakan Columbus terbukti. Dari
segala arah, penduduk mendatangi kapal Columbus, menyembah-nyembah, dan mempersembahkan
bahan makanan, dengan harapan Tuhan tak lagi marah dan mengembalikan kondisi
bulan.
Nah sekarang terserah anda. Masihkah
anda percaya akan mitos-mitos tersebut? Percaya atau tidak, yang terpenting
kita harus mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Fenomena
gerhana bulan ini hanya satu dari begitu banyaknya ciptaan-Nya, yang
menyadarkan kita betapa agungnya Tuhan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar