Salah satu ciri beragama yang paling utama adalah percaya dan bhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Hindu disebut sraddha dan
bhakti.
Tujuan memuja Tuhan bukanlah untuk Tuhan, tetapi untuk
kepentingan diri manusia. Tujuan manusia memuja Tuhan untuk menguatkan
eksistensi dirinya dalam menapaki kehidupannya di dunia ini. Pemujaan
Tuhan bukan untuk menambah beban hidup dan menjadi kendala dalam upaya
mencapai bahagia. Pemujaan Tuhan justru untuk mendapatkan kekuatan yang
dapat membantu manusia menopang beban hidupnya. Kalau masih ada yang
merasakan beragama memuja Tuhan adalah beban dan memberatkan hidupnya,
itu bukan kesalahan agama dan Tuhan, tetapi paradigma umat dalam
memahami agama yang dianutnya keliru. Kalau benar dan tepat cara kita
memahami dan mengamalkan agama, tidak akan terjadi beragama sebagai
beban yang memberatkan hidup. Justru dengan memuja Tuhan sesuai dengan
ajaran agama yang disabdakan Tuhan akan menimbulkan berbagai kekuatan
mewujudkan kehidupan yang bahagia.
Dalam Pustaka Bhagawata Purana
VII.5.23, dinyatakan ada sembilan cara memuja Tuhan yang disebut Nawa
Wida Bhakti. Sembilan cara itu adalah Sravanam, Kirtanam, Smaranam,
Arcanam, Vandanam, Dasyanam, Pada Sevanam, Sakhyanam dan Atmanive Danam.
Sembilan jenis pemujaan inilah umumnya ditradisikan oleh umat Hindu di
seluruh dunia dengan wujud budaya yang berbeda-beda.
Di Bali umat
Hindu memuja Tuhan di tempat pemujaan yang disebut Pura. Ada empat
konsepsi yang melatarbelakangi pendirian Pura bagi umat Hindu di Bali.
Ada konsepsi Rwa Bhineda, konsepsi Catur Loka Pala, konsepsi Sad
Winayaka dan konsepsi Padma Bhuwana.
Pura yang didirikan
berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda adalah Pura Besakih dan Pura Batur.
Pura ini untuk memuja Tuhan sebagai pencipta Purusa dan Pradana. Tujuan
pemujaan Tuhan sebagai pencipta Purusa dan Pradana untuk membangun
keseimbangan dinamika hidup antara kehidupan rohani dan jasmani. Pura
Catur Loka Pala adalah Pura Lempuhyang Luhur, Pura Luhur Batu Karu, Pura
Anda Kasa dan Pura Puncak Mangu. Keempat Pura ini berada di empat
penjuru Pulau Bali.
Tujuan pemujaan Tuhan di Pura Catur Loka Pala
adalah untuk membina rasa aman (raksanam) atas perlindungan Tuhan dari
semua arah. Konsepsi Sad Winayaka adalah konsepsi yang melandasi
pendirian Pura Sad Kahyangan. Sad Kahyangan saat Bali masih satu
kerajaan dengan Klungkung sebagai pusat kerajaan dinyatakan dalam Lontar
Kusuma Dewa. Sad Kahyangan tersebut adalah Pura Besakih, Pura
Lempuhyang Luhur, Pura Gowa Lawah, Pura Luhur Ulu Watu, Pura Luhur Batu
Karu dan Pura Pusering Jagat. Setelah Bali menjadi sembilan kerajaan
tidak kurang dari sembilan lontar yang menyatakan Pura Sad Kahyangan
yang berbeda-beda. Tujuan pemujaan Tuhan Yang Mahaesa di Pura Sad
Kahyangan adalah untuk menguatkan komitmen umat Hindu di Bali menegakkan
Sad Kerti sebagai dasar membangun Bali yang aman dan makmur atau
sejahtera dan adil. Sad Kerti itu adalah Atma Kerti, Samudra Kerti, Wana
Kerti, Danu Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti. Selanjutnya Konsepsi
Padma Bhuwana melahirkan sembilan Pura Kahyangan Jagat yang berada di
sembilan penjuru Pulau Bali. Sembilan Pura itu adalah Pura Besakih, Pura
Lempuyang Luhur, Pura Gowa Lawah, Pura Andakasa, Pura Luhur Ulu Watu,
Pura Luhur Batu Karu, Pura Batur dan Pura Pusering Jagat. Sembilan Pura
Padma Bhuwana inilah memiliki radius sekitar lima kilometer sebagai
warisan dari leluhur para Mpu sejak dahulu. Dalam radius lima kilometer
kini sudah ada yang semakin terdesak dialihfungsikan dengan bangunan
yang tidak nyambung dengan kesucian Pura tersebut.
Sembilan Pura
Kahyangan Jagat itu ada yang berfungsi lebih dari satu. Misalnya Pura
Besakih di samping sebagai Pura Rwa Bhineda juga sebagai Pura Sad
Kahyangan dan Pura Padma Bhuwana, di samping fungsi utamanya sebagai
Hulunya Bali Rajya. Pura Lempuhyang Luhur sebagai Pura Catur Loka Pala,
sebagai Pura Sad Kahyangan dan sebagai Pura Padma Bhuwana. Demikian juga
Pura-Pura lainya. Semua Pura Kahyangan Jagat itu memiliki Pura Prasanak
atau Jajar Kemiri. Seperti Pura Besakih memiliki Pura Prasanak lebih
dari dua puluh Pura termasuk empat Pura Pasar Agung yang ada di empat
penjuru Besakih yaitu di Desa Kedampal, Sibetan, Selat dan Kubu. Pura
Lempuhyang Luhur memiliki dua puluh lima Pura Prasanak. Demikian juga
Pura-Pura yang lainya.
Semua Pura Kahyangan Jagat itu untuk memuja
Tuhan Yang Mahaesa dalam fungsi yang berbeda-beda. Yang jelas pemujaan
Tuhan dalam berbagai fungsinya itu untuk menguatkan daya spiritual umat
dalam menyelenggarakan berbagai aspek kehidupannya mewujudkan kehidupan
yang aman damai dan makmur. Semua aspek kehidupan itu membutuhkan daya
spiritual yang dinamis untuk memberikan ketahanan mental dan moral yang
tangguh. Kecerdasan intelektual dan kepekaan emosional tanpa landasan
moral dan mental yang tangguh dapat menggoyahkan prinsip hidup mencapai
kehihupan yang makmur dan bahagia. Pemujaan Tuhan itu bukan hanya dengan
mencakupkan tangan di atas ubun-ubun dalam rangka Kramaning Sembah
semata dalam upacara yadnya yang bersifat ritual formal. Hal itu
merupakan proses awal untuk dilanjutkan dengan wujud nyata sehingga
dapat bermakna dalam mewujudkan kehidupan yang makmur dan bahagia.
Pemujaan
Tuhan bukan untuk merayu Tuhan agar segala kehidupan manusia
dilimpahkan karunia dengan gampang dan enak. Pemujaan Tuhan justru untuk
menguatkan konsistensi diri menghadapi dinamika hidup agar berbagai
persoalan hidup dapat diselesaikan dengan landasan yang benar, baik dan
tepat. Demikianlah daya guna pemujaan Tuhan menurut Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar